Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahuluBersenang-senang kemudian Kurang pikir kurang siasat Tentu dirimu kelak tersesat Kalau mulut tajam dan kasar Boleh ditimpa bahaya besarAssalamualaikum anak cucu hantu pemburuYang diam di rimba sekampung Yang duduk di ceruh banirYang bersandar di pinang burung Yang berteduh di bawah tukasDibarengi dengan penghibur cinta Hiasannya perawan kencur Belum bisa makan kinang Mengenakan kain panjang dan pantasApalagi nanti kalau dewasa Bumi langit akan bergerak.Anoman sudah melompat, Datang di pohon nagasari, Melihat ke bawah terlihat, Seorang wanita kurus kering, Gelungnya rusak campur tanah, Terlihat iganya yang kurus.SOAL1. Apakah persamaan puisi tersebut dengan (pantun, syair, gurindam) yang ada diatas? 2.Apakah perbedaan puisi tersebut dengan ketiga puisi rakyat yang ada diatas?
1. Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahuluBersenang-senang kemudian Kurang pikir kurang siasat Tentu dirimu kelak tersesat Kalau mulut tajam dan kasar Boleh ditimpa bahaya besarAssalamualaikum anak cucu hantu pemburuYang diam di rimba sekampung Yang duduk di ceruh banirYang bersandar di pinang burung Yang berteduh di bawah tukasDibarengi dengan penghibur cinta Hiasannya perawan kencur Belum bisa makan kinang Mengenakan kain panjang dan pantasApalagi nanti kalau dewasa Bumi langit akan bergerak.Anoman sudah melompat, Datang di pohon nagasari, Melihat ke bawah terlihat, Seorang wanita kurus kering, Gelungnya rusak campur tanah, Terlihat iganya yang kurus.SOAL1. Apakah persamaan puisi tersebut dengan (pantun, syair, gurindam) yang ada diatas? 2.Apakah perbedaan puisi tersebut dengan ketiga puisi rakyat yang ada diatas?
Jawaban:
1. sama sama bagian dari estetika kebahasaan yang menggunakan sastra untuk menghasilkan karya
2. Perbedaannya puisi adalah karya sastra yang tidak terikat atau lebih bebas dari jenis puisi lama (mantra, syair, dan lain lain), tidak terlalu saklek terkait rima dan keindahan bunyi, kaidahnya lebih fleksible, puisi lama biasanya terkait dengan kekuatan ghaib atau punya nilai mistis.
Penjelasan:
Ada banyak karya sastra yang kemudian turut berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Puisi baru adalah karya sastra yang tidak terikat atau lebih bebas daripada jenis puisi lama. Puisi baru tidak terlalu terikat dengan rima, suku kata.
Pelajari lebih lanjut mengenai puisi lama dan baru pada https://brainly.co.id/tugas/2512563
#Belajar BersamaBrainly
2. Batang kacamata itu berwarna hitam. Lensanya tebal. Saat pertemuan awal dengannya, Guru Kohar pernah bercerita bahwa ia suka membaca. Mungkin itu juga yang jadi sebab minus matanya tinggi. Dengan perawakan yang kurus sebenarnya Guru Kohar akan lebih cocok menggunakan kacamata yang berbatang tipis. la akan terlihat lebih kekinian. Apalagi, harga batang kacamata saat ini banyak yang murah. Tapi, ia tetap setia dengan kacamatanya. la guru sejarahku.Seseorang yang telah berumur lebih dari setengah abad. Sosoknya sederhana la berangkat ke sekolah menggunakan motor Astrea Grand hitam. Satu hal yang selalu lekat dengannya: kacamata.Aku bahkan menanyakan perihal kacamata tersebut pada kakak kelas, guru guru, sampai penjaga sekolah. "Jangan kau tanyakan hal yang terlalu pribadi, tak baik itu," ujar seorang guru padaku. Tiba-tiba terbesit dalam pikiranku untuk tahu lebih dalam kehidupan Guru Kohar. Aku lantas bergegas menyusuri jalan dengan sepedaku. Jarak rumah Guru Kohar dari sekolah tak terlalu jauh Jalannya cukup lengang. Tak banyak mobil yang melintas.Gang rumah Guru Kohar cukup untuk dilalui dua motor. Rumah-rumahnya mungil dan sederhana. Aku berpikir, andai Guru Kohar bisa menjadi PNS, atau jadi pengusaha, atau pekerja kantoran, mungkin dalam rentang waktu hidupnya bisa lebih daripada ini. Aku terus mengayuh sepedaku, Bergegas untuk memutus rasa penasaranku. Kata guru-guru, rumah Guru Kohar letaknya di sebelah musala, di ujung jalan. Biasanya ia rajin membersihkan musala itu."Aidil?" Aku menoleh. Benar saja. Rupanya itu Guru Kohar. "Ada kegiatan apa ke daerah sini?"Aku kikuk ingin menjawab apa. Ingin berkata, tapi tertahan. "Sudah, ikut dulu dengan saya, Dil!" Guru Kohar langsung menyuruhku. Digiringnya aku menuju rumah yang letaknya di sebelah kanan musala. Rumah itu berdinding bilik. Mungkin lebih kecil dari luas musala. Catnya pudar. Dari luar bangunannyatampak hanya ada tiga petak. Masuklah aku ke dalamnya. "Ini rumah Pak Kohar?" "Iya, Dil, ini rumah Bapak," ketakjubanku pada sosok ini lantas begitu kuat. Guru yang selama 25 tahun mengabdi, bisa sahaja dalam hidup walau menetap dalam rumah semungil ini. Guru Kohar pamit menuju ruang belakang. Selangkemudian, menyajikan air teh hangat untukku."Bapak jangan repot-repot!" tegasku. "Tidak apa-apa, Dil. Jadi, maksud apa kau hendak ke daerah ini?"Aku menelan ludahku dalam-dalam,"Sebenarnya aku penasaran tentang sosok Bapak dan kacamata Bapak maaf,ya, Pak."Guru Kohar tertawa kecil."Iya, tak apa-apa. Sebenarnya ada apa dengan kacamata saya? Kan sama saja fungsinya dengan kacamata yang lain, bukan?" aku yakin, Guru Kohar sudah tahu maksudku. la masih belum terbuka."Pak Kohar selalu mengenakan kacamata itu dari awal mengajar di sekolah, kan? Pasti barang itu amat berkesan," guru Kohar tersenyum. Dicabutlah kacamata dari wajahnya. la tiup sisi kacanya, lantas mengelapnya dengan baju. Ia diam. Matanya berkaca-kaca."Jadi, itu alasanmu datang kemari?" aku mengangguk. "Baru kali ini ada murid yang datang ke rumahku, Dil. Mungkin mereka tak nyaman dengan guru yang sebentar lagi akan pensiun ini."la ambil segelas teh hangat di meja, sesekali meminumnya. Seperti ada air yang menetes di matanya. Ia pun mulai berkisah.Tiga puluh tahun yang lampau, Kohar muda mulai menyusun nasib dengan menyerap ilmu di Sekolah Guru. Hari-harinya adalah masa depan yang cerah. Hampir semua buku di perpustakaan ia lahap habis, mulai dari roman, puisi,sampai tulisan-tulisan serius yang ditulis Tan Malaka dan Soekarno. Seko Guru itu setara SMK jika saat ini. Lulusan-lulusannya bisa langsung jadi qu Kebahagiaannya kian sempurna sebab ada kekasih yang mendukungnya. Ga manis berambut panjang. Tubuhnya langsing. Kulitnya putih bersih. Bibi merah Teman-teman Kohar menyebut jika ia amat beruntung mendapa gadis itu. Gadis itu teman sekelas Kohar kala di sekolah menengah. Sampai saat Kohar diterima mengajar di sebuah sekolah, tebersit kehend untuk meminang gadis itu. Kohar muda amat percaya diri. la memberanikdiri datang ke rumah gadis manis. Sayang, kedua orang tua gadis tak setu memiliki menantu guru. "Kau beri makan apa anakku nanti? Makan buku? Makan ilmu? Semua hanya cukup dengan cinta," katanya. Kohar muda amat sedih. Hatinya pata Rapuh. Sampal ia mendapat kabar jika gadis manis itu dijodohkan denga pengusaha. Gadis manis mengajak Kohar bertemu untuk terakhir kalinya. Dengar patah hati, Kohar memberanikan diri. Gadis manis itu memberikan kacamata sebagai kenang-kenangan terakhirnya. "Kau akan tampak lebih gagah bila menggunakan kacamata ini saat membaca," Kohar muda menangis. Tak kua membendung isi hatinya. Guru Kohar bercerita terbata-bata. Aku merasa bersala harus mengajaknya mengingat kenangan masa lampaunya."Ke mana sekarang gadis itu, Pak?" *Setahun setelah saya bertemu, ia diajak suaminya pergi ke Bogor. Nahas mobil yang mereka kendarai mengalami kecelakaan beruntun di Puncak. Semu korban tewas."soal :tuliskan dan jelaskan kata2 sulit yang terdapat pada
Jawaban:
Kau memberikan APA anak Ku nanti